Senin, 16 Desember 2013
Galeri Motif Batik Tegalan
Galeri Motif Batik Tegalan
1. Motif Kepyuran

Warna yang digunakan pada motif ini yaitu warna ungu sebagai warna
dasar, sedangkan godongan-nya dengan warna biru, hijau dan krem.
2. Motif Kapal Sender

Warna dasar berwarna putih dan dihiasi dengan godongan dan kapal sender warna coklat dan hitam menandakan keharmonisan alam.
3. Motif Jahenan

4. Motif Merakan

5. Motif Sido Asih

6. Motif Gunung Ringgit

7. Motif Ambringan Merah

8. Motif Bambu

9. Motif Kacangan

10. Motif Lolak Batu
TAHU ACI
Tahu Aci? Siapa yang tidak mengenalnya? Tahu Aci ini khas dari
daerah Kabupaten Tegal. Hampir setiap pinggir jalan banyak penjual yang
menjajakannya. Bahkan hingga pedagang asongan yang biasa menjajakan
makanan di dalam bus. Orang luar/ yang bukan dari Tegal biasanya
menyebutnya dengan Tahu Tegal atau Tahu Kuping.
Tahu aci itu terbuat dari tahu kuning yang berbentuk persegi empat
yang kemudian nantinya dibelah dua secara melintang. Kemduian dari bekas
belahannya tersebut di beri adonan yang terbuat dari tepung kanji
(aci), potongan daun kocai, dan beberapa bumbu lainnya.
Mungkin kita terheran-heran mengapa Tahu Aci tersebut banyak diminati
oleh penggemarnya. Menurut hasil pantauan InfoTegal dan dari nara
sumber, yang membuat tahu aci tersebut enak adalah:
- Tahu Kuningnya. Tahu ini ternyata hanya banyak terdapat di daerah Tegal. Apabila di daerah lain, antara tahu dengan adonannya tidak akan melekat dengan baik. Sehingga gampang lepas.
- Cara penggorengannya. Menggunakan minyak goreng yang cukup banyak dengan menggunakan kompor minyak dengan api yang besar. Sehingga wajan yang digunakan pun harus besar. Api yang besar ini yang membuat tahu menjadi mengembang.
- Minyak gorengnya. Semakin sering digunakan untuk mennggoreng tahu
aci, minyak gorengnya ini juga ternyata akan membuat tahu menjadi lebih
lezat
.

Ada juga yang namanya Tahu Pletok, sebenarnya itu adalah Tahu Aci
yang sudah digoreng, kemudian dibelah-belah (namun belahannya tidak
sampai putus) dan digoreng kembali hingga agak kering.
Sangkin terkenalnya Tahu Aci, Pemkab Tegal sampai membuat patung Tahu
Aci di perempatan Slawi Pos. Namun lokasinya tertutup oleh tanaman dan
bendera partai.
MANTU POCI DAN BALO-BALO
MANTU POCI DAN BALO-BALO
( Asal Daerah Kota Tegal, Jawa Tengah )
( Asal Daerah Kota Tegal, Jawa Tengah )
MOCI
atau minum dengan poci tanah merupakan ritme dari kehidupan masyarakat
tegal dan sekitarnya. Bahkan dari kebiasaan itu muncul kebudayaan unik,
yaitu Mantu Poci Kata mantu sendiri merupakan bahasa jawa yang berarti
menantu. Sedangkan poci adalah maskot kota Tegal. Sejarahnya Mantu Poci
itu karna dulu ada orang tua yang ingin menggelar hajatan perkawinan.
Tetapi mereka tidak punya anak. Berhubung tidak adanya anak, maka poci
lah yang menjadi korbannya.
Mantu Poci adalah sebuah gelar adat di daerah pesisir Kota Tegal, khususnya di daerah Muarareja dan Tegalsari Kota Tegal yang sudah berlangsung secara turun-temurun. Acara intinya melangsungkan “pesta perkawinan” antara sepasang poci tanah berukuran raksasa. Tradisi Mantu Poci dilaksanakan apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai keturunan, namun berniat menggelar pesta hajatan layaknya keluarga-keluarga lainya. Maka sebagai pengganti mempelainya adalah sepasang poci raksasa yg dihiasi dan didandani layaknya sepasang pengantin. Dapat dikatakan bahwa gelar mantu poci sama dengan gelar hajatan perkawinan pada umumnya, yang membedakan hanya mempelainya, yaitu berupa poci.
Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan hiburan berupa tari, sulap dan lagu-lagu Tegalan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah. Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi.
Mantu Poci dahulunya dilaksanakan dengan tujuan apabila suami istri yang tidak mempunyai keturunan, tetapi berniat untuk menggelar pesta hajatan, dan untuk ritual sebagai jalan untuk agar dapat segera mendapatkan keturunan. Namun dengan berjalannya perkembangan zaman yang maju pesat, kebiasaan itu telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat. Pada saat ini Mantu Poci dilaksanakan dengan tujuan hanya sebagai pertunjukan kesenian khas pesisir Kota Tegal.
Begitu juga dengan kesenian Balo-balo,yaitu Kesenian music tradisional khas Tegal yang biasanya mengiringi acara Mantu Poci. Balo-Balo berasal dari kata ’bolo-bolo’ yang berarti kawan-kawan. Balo-Balo mantu poci adalah sebuah pertunjukan seni rakyat Kota Tegal, yang memadukan antara unsur bunyi/musik seni rakyat balo-balo dan unsur cerita mantu poci. Kesenian yang pada awal kelahirannya sewaktu penjajahan Belanda sebagai sarana syiar atau dakwah menyebarkan agama Islam, namun kemudian pada perkembangnya menjadi berbeda tujuannya dan kesenian ini dijadikan masyarakat, khususnya Tegal, untuk mengelabuhi para penjajah.Saat para pejuang tengah berkumpul untuk menyusun strategi melawan penjajah, warga lainnya sibuk berkerumun sambil menabuh rebana dan asyik berdendang, sehingga para penjajah tidak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan.
Balo-Balo bertujuan menjalin komunikasi antarwarga yang lebih baik. Dari syair dan lakon yang dipentaskan, masyarakat dapat memperoleh pelajaran penting, baik tentang lingkungan sekitar, keamanan, maupun budi pekerti. Lantunan syair yang dituturkan para lakon menggunakan dialek Tegal ’deles’ (asli/murni), tanpa ada unsur bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya, sehingga kerap membuat para penonton terkesima.
Awalnya tradisi tersebut digelar untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga,khususnya bagi mereka yang tidak memiliki keturunanan dan berkeinginan untuk mengadakan syukuran seperti nikahan. Meski tidak ada yang mengetahui sejak kapan tradisi tersebut mulai muncul ,masyarakat tegal meyakini bahwa tradisi tersebut adalah tradisi asli kota bahari tersebut. Di kota yang masih mempertahankan tradisi tersebut yaitu di daerah pinggiran,,seperti Kelurahan Tegalsari,Muarareja,Tunon,cabawan,dan Margadana. Biasanya mantu ini dilaksanakan setelah lebaran atau di bulan sawal.
Selain mantu poci,warga Tegal juga mengenal sunatan poci. Secara umum, pelaksanaan mantu poci dan sunatan poci hampir sama. Adapun yang membedakannya,untuk sunatan poci yang punya hajat biasanya menghiasi ujung poci dibalut dengan kain atau kapas. Poci yang telah dihias diarak keliling rumah sebanyak tujuh kali dan didoakan selayaknya hajatan menyunatkan anaknya sendiri. Setelah itu poci diletakan di kursi yang telah dihias lengkap makanan seperti kebutuhan anak yang disunat.
Sementara orang tua yang punya hajat duduk berdampingan mengapit poci untuk menerima ucapan selamat dan menerima sumbangan dari undangan yang hadir. Untuk mantu poci yang punya hajat menyediakan dua poci dan dihias seperti wanita dan pria. Poci pria diberi topi, dan poci wanita diberi hiasan melati dan janur sebagai lambang wanita. Kedua poci tersebut diarak keliling dan di tempatkan di kursi yang telah dihias.
Tradisi mantu poci memadukan antara unsur bunyi/musik seni rakyat balo-balo dan unsur cerita mantu poci. Perpaduan musik rebana, kendang, gending slendro, bass, serta gitar terdengar mengalun rancak mengiringi syair puja, puji, kritik, serta guyon wangsalan khas Tegal dalam kesenian ’Balo-Balo’ yang merupakan kesenian khas Kota Tegal, Jawa Tengah.Tawa riang dan riuh tepuk tangan penonton sesekali pecah di tengah alunan musik gending-gending tegalan yang dinamis, ditambah tabuhan kendang Jawa dan petikan bass mengiringi lantunan syair para pemain membuat pertunjukan kesenian Balo-Balo semakin meriah.
Mantu Poci adalah sebuah gelar adat di daerah pesisir Kota Tegal, khususnya di daerah Muarareja dan Tegalsari Kota Tegal yang sudah berlangsung secara turun-temurun. Acara intinya melangsungkan “pesta perkawinan” antara sepasang poci tanah berukuran raksasa. Tradisi Mantu Poci dilaksanakan apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai keturunan, namun berniat menggelar pesta hajatan layaknya keluarga-keluarga lainya. Maka sebagai pengganti mempelainya adalah sepasang poci raksasa yg dihiasi dan didandani layaknya sepasang pengantin. Dapat dikatakan bahwa gelar mantu poci sama dengan gelar hajatan perkawinan pada umumnya, yang membedakan hanya mempelainya, yaitu berupa poci.
Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan hiburan berupa tari, sulap dan lagu-lagu Tegalan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah. Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi.
Mantu Poci dahulunya dilaksanakan dengan tujuan apabila suami istri yang tidak mempunyai keturunan, tetapi berniat untuk menggelar pesta hajatan, dan untuk ritual sebagai jalan untuk agar dapat segera mendapatkan keturunan. Namun dengan berjalannya perkembangan zaman yang maju pesat, kebiasaan itu telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat. Pada saat ini Mantu Poci dilaksanakan dengan tujuan hanya sebagai pertunjukan kesenian khas pesisir Kota Tegal.
Begitu juga dengan kesenian Balo-balo,yaitu Kesenian music tradisional khas Tegal yang biasanya mengiringi acara Mantu Poci. Balo-Balo berasal dari kata ’bolo-bolo’ yang berarti kawan-kawan. Balo-Balo mantu poci adalah sebuah pertunjukan seni rakyat Kota Tegal, yang memadukan antara unsur bunyi/musik seni rakyat balo-balo dan unsur cerita mantu poci. Kesenian yang pada awal kelahirannya sewaktu penjajahan Belanda sebagai sarana syiar atau dakwah menyebarkan agama Islam, namun kemudian pada perkembangnya menjadi berbeda tujuannya dan kesenian ini dijadikan masyarakat, khususnya Tegal, untuk mengelabuhi para penjajah.Saat para pejuang tengah berkumpul untuk menyusun strategi melawan penjajah, warga lainnya sibuk berkerumun sambil menabuh rebana dan asyik berdendang, sehingga para penjajah tidak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan.
Balo-Balo bertujuan menjalin komunikasi antarwarga yang lebih baik. Dari syair dan lakon yang dipentaskan, masyarakat dapat memperoleh pelajaran penting, baik tentang lingkungan sekitar, keamanan, maupun budi pekerti. Lantunan syair yang dituturkan para lakon menggunakan dialek Tegal ’deles’ (asli/murni), tanpa ada unsur bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya, sehingga kerap membuat para penonton terkesima.
Awalnya tradisi tersebut digelar untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga,khususnya bagi mereka yang tidak memiliki keturunanan dan berkeinginan untuk mengadakan syukuran seperti nikahan. Meski tidak ada yang mengetahui sejak kapan tradisi tersebut mulai muncul ,masyarakat tegal meyakini bahwa tradisi tersebut adalah tradisi asli kota bahari tersebut. Di kota yang masih mempertahankan tradisi tersebut yaitu di daerah pinggiran,,seperti Kelurahan Tegalsari,Muarareja,Tunon,cabawan,dan Margadana. Biasanya mantu ini dilaksanakan setelah lebaran atau di bulan sawal.
Selain mantu poci,warga Tegal juga mengenal sunatan poci. Secara umum, pelaksanaan mantu poci dan sunatan poci hampir sama. Adapun yang membedakannya,untuk sunatan poci yang punya hajat biasanya menghiasi ujung poci dibalut dengan kain atau kapas. Poci yang telah dihias diarak keliling rumah sebanyak tujuh kali dan didoakan selayaknya hajatan menyunatkan anaknya sendiri. Setelah itu poci diletakan di kursi yang telah dihias lengkap makanan seperti kebutuhan anak yang disunat.
Sementara orang tua yang punya hajat duduk berdampingan mengapit poci untuk menerima ucapan selamat dan menerima sumbangan dari undangan yang hadir. Untuk mantu poci yang punya hajat menyediakan dua poci dan dihias seperti wanita dan pria. Poci pria diberi topi, dan poci wanita diberi hiasan melati dan janur sebagai lambang wanita. Kedua poci tersebut diarak keliling dan di tempatkan di kursi yang telah dihias.
Tradisi mantu poci memadukan antara unsur bunyi/musik seni rakyat balo-balo dan unsur cerita mantu poci. Perpaduan musik rebana, kendang, gending slendro, bass, serta gitar terdengar mengalun rancak mengiringi syair puja, puji, kritik, serta guyon wangsalan khas Tegal dalam kesenian ’Balo-Balo’ yang merupakan kesenian khas Kota Tegal, Jawa Tengah.Tawa riang dan riuh tepuk tangan penonton sesekali pecah di tengah alunan musik gending-gending tegalan yang dinamis, ditambah tabuhan kendang Jawa dan petikan bass mengiringi lantunan syair para pemain membuat pertunjukan kesenian Balo-Balo semakin meriah.
Desa Keturen KOTA TEGAL
TUGAS PENGGANTI UTS ISD
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
SEMESTER 1
Nama : APRIYANTI DEWI PUSPITA SARI
Kelas : PSIK A
NIM : 010113a013
Assalamu’alaikum wr.wb
Saya akan menceritakan tentang tempat tinggal saya yaitu di Kelurahan Keturen, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Tempat tinggal saya berada di tengah-tengah kota dan dekat dengan Jalan Pantura. Dan akan saya ceritakan tempat tinggal saya yang termasuk masyarakat perkotaan tetapi rasa gotong royong dan kebersamaan masih terjaga satu sama lain dikarenakan seringnya diadakan musyawarah antarwarga.
Di setiap bulan juga selalu di adakan perkumpulan rutin di rumah Ketua RW yang berguna untuk membahas segala keperluan masyarakat antarwarga. Walaupun di tempat tinggal saya termasuk masyarakat perkotaan tetapi beberapa warga masih saling menjaga adat tradisi nenek moyang, dan juga masih percaya terhadap mitos orang terdahulu. Sebenarnya di tempat tinggal saya dapat terbilang masyarakat pedesaan tetapi hanya letaknya saja yang berada di tengah perkotaan dan dekat dengan Jalan Pantura.
Di bilang termasuk pedesaaan karena di masyarakat tempat tinggal saya masih ada rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar tetangga tidak seperti masyarakat perkotaan pada umumnya. Di tempat tinggal saya juga masih terdapat kesatuan dan keutuhan kebudayaan sehingga tidak ada rasa individualis antarwarga. Di daerah tempat tinggal saya juga masih banyak berpencaharian sebagai petani, entah itu petani padi, petani tebu, dan sebagainya. Juga masih banyak warga yang berpencaharian sebagai nelayan ( Mayang ).
Di kota tegal juga biasanya di sebut sebagai Kota Bahari di karenakan Kota tegal dekat dengan laut dan banyak warga yang bekerja sebagai Pemilet ikan dan berburu ikan. Di tempat tinggal saya juga sering di adakan beberapa pertunjukkan ketika ada di salah satu warga yang sedang mengadakan khitanan. Dan tidak juga pada khitanan tetapi ketika ada perlombaan di setiap desa. Pertunjukkan tersebut ialah angklung/calung, drumband, jaran lumping, ronggeng monyet.
1. ANGKLUNG / CALUNG
Angklung adalah sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yaitu dua ruas bambu atau lebih dengan ukuran yang berbeda disusun pada bambu yang lain sebagai penyangga. Cara menggunakan angklung adalah dengan menggoyangkannya. Walaupun alat musik angklung berasal dari tanah sunda (Jawa Barat), tetapi daerah Tegal selalu mempergunakan alat angklung ini sebagai pertunjukan apabila di adakannya pawai. Angklung/Calung biasanya di mainkan oleh Perkelompok ( group ) dan biasanya terdiri pemuda sampai orang tua. Di dalam angklung/calungh ini biasanya di pimpin oleh dua cewe sebagai pemandu musik. Angklung/calung biasanya menggunakan pakaian yang seragam.
2. DRUM BAND
Drum band menurut arti katanya adalah gabungan alat musik jenis drum dan alat musik tiup maupun alat musik perkusi yang bernada yang dimainkan secara bersamaan. Seperti Senar drum, trio, bass, single, pianika, dll.
Namun, gabungan alat musik yang dimainkan secara kelompok tersebut belum dapat disebut drum band bila cara memainkannya tidak dibarengi dengan gerakan langkah kaki melangkah, berjalan maupun berpindah. Dari kelompok drum band dapat berkembang kesatuan yang lebih besar selain unsur instrumen musik perkusi dan instrumen tiup yaitu dengan ditambahkannya Color Guard (CG) yang merupakan salah satu unsur pendukung yang ikut menentukan penilaian dalam suatu perlombaan drum band. Selain itu ada pula unsur pendukung lainnya seperti Gitapati dan mayoret yang bertugas sebagai pemandu alat musik drumband.
3. JARAN LUMPING
Jaran lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanyamenampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog.
4. RONGGENG MONYET
Ronggeng monyet atau topeng monyet, dimana seekor monyet dapat memperagakan berjalan tegak sambil membawa payung-payungan, memikul bakul-bakulan, mengendarai sepeda-sepedaan, dan aneka atraksi lainnya.
Atraksi ini pada umumnya berlangsung di bawah kendali sang Pawang, dengan diiringi bunyi gamelan sederhana. Setelah adegan selesai, para penonton merasa terhibur dan langsung memberikan saweran sukarela, sebagai balas jasa atau tanda terima kasih atas atraksi yang telah disuguhkan oleh sang Pawang dengan monyetnya.
Selain mengadakan pertunjukkan seperti di atas, di tempat tinggal saya juga mengadakan Qasidah/rebana dan serta pengajian rutin di setiap minggunya seperti :
1. Pengajian Rabuan
Pengajian rabuan yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari selasa malam rabu. Pengajian ini di hadiri oleh para bapak yang ada di daerah tempat tinggal saya. Dan di setiap tahunnya selalu di adakan ziarah ke makam-makam walisongo.
2. Pengajian Seninan
Pengajian seninan yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari minggu malam senin. Pengajian ini di hadiri oleh bapak-bapak yang rumahnya di daerah tempat tinggal saya. Pengajian seninan ini sebenarnya sama juga dengan pengajian rabuan tetapi Cuma waktu pelaksanaannya yang berbeda. Dan pengajian seninan ini tidak semua bapak-bapak yang mengikuti pengajian rabuan berarti mengikuti juga pengajian seninan. Tergantung dari niat masing-masing setiap orang.
3. Pengajian Mingguan
Pengajian mingguan yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari sabtu malam minggu. Pengajian ini dihadiri oleh para ibu yang bertempat tinggal di daerah sekitar tempat tinggal saya. Pengajian mingguan juga selalu membuat pakaian persatuan untuk dikenakan setiap waktu-waktu tertentu seperti diadakannya ziarah ke makam-makam walisongo dan makam-makam para kyai yang dahulunya telah mengajarkan pendidikan agama di masjid daerah tempat tinggal saya.
4. Jamiyahan
Jamiyahan yaitu sejenis pengajian tetapi waktu pelaksaannya di sore hari dan diadakan rutin setiap hari minggu sore. Pengajian ini di hadiri oleh para ibu dan sesepuh ( nenek ) tetapi lebih di dominasi dihadiri oleh para sesepuh. Pengajian ini tidak jauh berbeda dengan pengajian mingguan.
Wassalamu’alaikum wr.wb
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
SEMESTER 1
Nama : APRIYANTI DEWI PUSPITA SARI
Kelas : PSIK A
NIM : 010113a013
Assalamu’alaikum wr.wb
Saya akan menceritakan tentang tempat tinggal saya yaitu di Kelurahan Keturen, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Tempat tinggal saya berada di tengah-tengah kota dan dekat dengan Jalan Pantura. Dan akan saya ceritakan tempat tinggal saya yang termasuk masyarakat perkotaan tetapi rasa gotong royong dan kebersamaan masih terjaga satu sama lain dikarenakan seringnya diadakan musyawarah antarwarga.
Di setiap bulan juga selalu di adakan perkumpulan rutin di rumah Ketua RW yang berguna untuk membahas segala keperluan masyarakat antarwarga. Walaupun di tempat tinggal saya termasuk masyarakat perkotaan tetapi beberapa warga masih saling menjaga adat tradisi nenek moyang, dan juga masih percaya terhadap mitos orang terdahulu. Sebenarnya di tempat tinggal saya dapat terbilang masyarakat pedesaan tetapi hanya letaknya saja yang berada di tengah perkotaan dan dekat dengan Jalan Pantura.
Di bilang termasuk pedesaaan karena di masyarakat tempat tinggal saya masih ada rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar tetangga tidak seperti masyarakat perkotaan pada umumnya. Di tempat tinggal saya juga masih terdapat kesatuan dan keutuhan kebudayaan sehingga tidak ada rasa individualis antarwarga. Di daerah tempat tinggal saya juga masih banyak berpencaharian sebagai petani, entah itu petani padi, petani tebu, dan sebagainya. Juga masih banyak warga yang berpencaharian sebagai nelayan ( Mayang ).
Di kota tegal juga biasanya di sebut sebagai Kota Bahari di karenakan Kota tegal dekat dengan laut dan banyak warga yang bekerja sebagai Pemilet ikan dan berburu ikan. Di tempat tinggal saya juga sering di adakan beberapa pertunjukkan ketika ada di salah satu warga yang sedang mengadakan khitanan. Dan tidak juga pada khitanan tetapi ketika ada perlombaan di setiap desa. Pertunjukkan tersebut ialah angklung/calung, drumband, jaran lumping, ronggeng monyet.
1. ANGKLUNG / CALUNG
Angklung adalah sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, yaitu dua ruas bambu atau lebih dengan ukuran yang berbeda disusun pada bambu yang lain sebagai penyangga. Cara menggunakan angklung adalah dengan menggoyangkannya. Walaupun alat musik angklung berasal dari tanah sunda (Jawa Barat), tetapi daerah Tegal selalu mempergunakan alat angklung ini sebagai pertunjukan apabila di adakannya pawai. Angklung/Calung biasanya di mainkan oleh Perkelompok ( group ) dan biasanya terdiri pemuda sampai orang tua. Di dalam angklung/calungh ini biasanya di pimpin oleh dua cewe sebagai pemandu musik. Angklung/calung biasanya menggunakan pakaian yang seragam.
2. DRUM BAND
Drum band menurut arti katanya adalah gabungan alat musik jenis drum dan alat musik tiup maupun alat musik perkusi yang bernada yang dimainkan secara bersamaan. Seperti Senar drum, trio, bass, single, pianika, dll.
Namun, gabungan alat musik yang dimainkan secara kelompok tersebut belum dapat disebut drum band bila cara memainkannya tidak dibarengi dengan gerakan langkah kaki melangkah, berjalan maupun berpindah. Dari kelompok drum band dapat berkembang kesatuan yang lebih besar selain unsur instrumen musik perkusi dan instrumen tiup yaitu dengan ditambahkannya Color Guard (CG) yang merupakan salah satu unsur pendukung yang ikut menentukan penilaian dalam suatu perlombaan drum band. Selain itu ada pula unsur pendukung lainnya seperti Gitapati dan mayoret yang bertugas sebagai pemandu alat musik drumband.
3. JARAN LUMPING
Jaran lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanyamenampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog.
4. RONGGENG MONYET
Ronggeng monyet atau topeng monyet, dimana seekor monyet dapat memperagakan berjalan tegak sambil membawa payung-payungan, memikul bakul-bakulan, mengendarai sepeda-sepedaan, dan aneka atraksi lainnya.
Atraksi ini pada umumnya berlangsung di bawah kendali sang Pawang, dengan diiringi bunyi gamelan sederhana. Setelah adegan selesai, para penonton merasa terhibur dan langsung memberikan saweran sukarela, sebagai balas jasa atau tanda terima kasih atas atraksi yang telah disuguhkan oleh sang Pawang dengan monyetnya.
Selain mengadakan pertunjukkan seperti di atas, di tempat tinggal saya juga mengadakan Qasidah/rebana dan serta pengajian rutin di setiap minggunya seperti :
1. Pengajian Rabuan
Pengajian rabuan yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari selasa malam rabu. Pengajian ini di hadiri oleh para bapak yang ada di daerah tempat tinggal saya. Dan di setiap tahunnya selalu di adakan ziarah ke makam-makam walisongo.
2. Pengajian Seninan
Pengajian seninan yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari minggu malam senin. Pengajian ini di hadiri oleh bapak-bapak yang rumahnya di daerah tempat tinggal saya. Pengajian seninan ini sebenarnya sama juga dengan pengajian rabuan tetapi Cuma waktu pelaksanaannya yang berbeda. Dan pengajian seninan ini tidak semua bapak-bapak yang mengikuti pengajian rabuan berarti mengikuti juga pengajian seninan. Tergantung dari niat masing-masing setiap orang.
3. Pengajian Mingguan
Pengajian mingguan yaitu pengajian rutin yang di adakan setiap hari sabtu malam minggu. Pengajian ini dihadiri oleh para ibu yang bertempat tinggal di daerah sekitar tempat tinggal saya. Pengajian mingguan juga selalu membuat pakaian persatuan untuk dikenakan setiap waktu-waktu tertentu seperti diadakannya ziarah ke makam-makam walisongo dan makam-makam para kyai yang dahulunya telah mengajarkan pendidikan agama di masjid daerah tempat tinggal saya.
4. Jamiyahan
Jamiyahan yaitu sejenis pengajian tetapi waktu pelaksaannya di sore hari dan diadakan rutin setiap hari minggu sore. Pengajian ini di hadiri oleh para ibu dan sesepuh ( nenek ) tetapi lebih di dominasi dihadiri oleh para sesepuh. Pengajian ini tidak jauh berbeda dengan pengajian mingguan.
Wassalamu’alaikum wr.wb
SEJARAH TEH POCI DI TEGAL
Tegal, kota yang posisi geografisnya di dataran rendah, sebenarnya
tidak memiliki perkebunan teh. Namun, tradisi minum teh di daerah ini
sangat kental dibandingkan dengan di kota lain yang juga berada di
pesisir utara Jawa Tengah.
Antropolog dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Pande Made
Kutanegara, mengatakan, jauh sebelum tanaman teh datang ke Indonesia
sekitar abad ke-17, Tegal sudah memiliki budaya minum teh yang berakar
dari China.
Pada masa lalu, daerah pantai utara Jawa Tengah, termasuk Tegal,
merupakan jalur perdagangan yang ramai karena Tegal memiliki pelabuhan
besar. Sebelum ada tanaman teh di Indonesia, teh yang dikonsumsi di
Tegal didatangkan langsung dari China.
Belanda yang membawa masuk tanaman teh ke Indonesia kemudian
menetapkan sistem tanam paksa dan salah satu komoditasnya adalah teh.
Produk teh yang berkualitas sebagian besar diekspor ke Belanda dan
Eropa, sementara teh sisa yang mutunya rendah diambil oleh para pekerja
pribumi.
”Kondisi itu membentuk selera konsumsi orang Tegal terhadap teh.
Sampai sekarang mereka terbiasa minum teh yang sepet dan pekat,” kata
Pande, yang pernah melakukan penelitian tentang teh. Rasa sepet itu,
menurut Pande, berasal dari batang teh yang ikut digiling bersama daun
teh sehingga menghasilkan teh berkualitas rendah. Dalam perkembangannya,
teh di Tegal kemudian diolah dengan aroma bunga melati agar lebih enak
dinikmati.
Sejarah boleh membentuk selera. Yang jelas, selera terhadap cita rasa
teh yang agak sepet itu justru membuka peluang bagi pengusaha untuk
membuka pabrik teh di Tegal. Sekarang ini di Tegal ada empat pabrik teh
besar yang menguasai pasar dalam negeri, yaitu teh 2 Tang, Teh Poci, Teh
Tong Tji, dan Teh Gopek. Keempat pabrik teh itu berdiri hampir
bersamaan, yaitu sekitar tahun 1940-an.
Kehadiran empat pabrik teh di Tegal, menurut Eko Handoko (34),
generasi ketiga pemilik teh 2 Tang, karena posisi Tegal dekat dengan
Pekalongan yang menjadi daerah perkebunan melati. Sebagian besar teh
yang diproses di Tegal adalah teh beraroma bunga melati. Di wilayah
Tegal sendiri sekarang sudah ada perkebunan bunga melati yang dikelola
oleh masyarakat, yaitu di Desa Suradadi dan Sidoharjo.
Citra Tegal sebagai kota teh dimanfaatkan oleh keempat pabrik teh
tersebut untuk berebut memasang logo pabrik mereka di setiap rumah
makan. Sepanjang pengamatan, tidak ada warung makan yang tidak memasang
logo teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, atau Teh Gopek di warungnya.
Bagi orang Tegal, teh bukan sekadar bahan baku untuk membuat minuman,
melainkan juga memiliki fungsi lain, salah satunya adalah sebagai
cendera mata. Ketika seseorang menggelar hajatan, bubuk teh dalam
kemasan kecil, yaitu sebesar kotak korek api, dibagikan kepada tamu
sebagai kenang-kenangan. Itulah bentuk cinta orang Tegal terhadap teh.
Langganan:
Postingan (Atom)